بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah... Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya, kali ini saya Dewi Fatmawati Nim 11094830, kelas 11.5A.24 akan membahas bagaimana membangun Rumah Tangga yang SAMARA. Dan sebagai Contoh kali ini berkenaan dengan
kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW.
dikatakan bahwa
Rasulullah adalah alquran berjalan, artinya apa yang terkandung dalam
alqur’an telah dipraktekkan oleh rasulullah. beliau merupakan orang
pilihan yang menjadi teladan bagi umat manusia dalam setiap aspek
kehidupan, mulai dari aspek yang berkaitan dengan hubungan kepada Allah (
ibadah ), politik, ekonomi, sosial kemasyarakatan bahkan sampai urusan
berumah tangga. semua telah dicontohkan oleh baginda Rosulullah.
namun
ada sesuatu yang menarik perhatian saya, apakah seorang Khalilullah
seperti nabi perjalanan rumah tangga beliau dengan 9 orang isteri
“lurus-lurus” saja tanpa ada prahara ???.. ternyata setelah membaca
beberapa sumber saya temukan bahwa seorang yang sangat mulia ucapan dan
tindakannya seperti nabi pun pernah terguncang rumah tangganya, bahkan
rosul pun tidak menemui isteri beliau sampai 29 hari lamanya dikarenakan
kejengkelan beliau pada istrinya..
“kalau rosul aja yang
notabene seorang yang dijamin surga oleh Allah bisa terguncang rumah
tangganya, apalagi kita sebagai ummatnya ya”..itu yang terbesit
dipikiran saya sesaat mengetahui hal ini..namun hal apa sih yang
menyebabkan Rasulullah sampai marah pada isteri-isteri beliau dan tidak
mencampuri mereka selama 1 bulan??..
Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam memisahkan diri dari istri-istri beliau selama 29
malam dikarenakan rahasia beliau yang disebarkan oleh Hafshah kepada
siti Aisyah dimana dengan rahasia itu allah mencela nabi SAW, beliau
menyatakan: “Aku tidak akan masuk menemui mereka selama sebulan.”
seperti yang disebutkan dalam alqur’an
“Dan
ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang
dari istrinya suatu peristiwa. Maka ketika istrinya itu mengabarkan
rahasia tersebut (kepada istri yang lain)….” (At-Tahrim: 3)
Mayoritas
ahli tafsir berkata bahwa istri Nabi SAW yang dimaksud dalam ayat
adalah Hafshah. Nabi SAW pernah menyampaikan satu rahasia kepadanya (
hafshah ) dan memintanya agar tidak memberitahukan kepada seorang pun.
Ternyata Hafshah menceritakan rahasia tersebut kepada Aisyah Radhiallahu
‘anha. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 873) sehingga Beliau sangat
marah terhadap mereka karena merekalah yang menyebabkan Allah Subhanahu
wa Ta’ala mencela beliau.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
mencela Khalil-Nya yang mulia Muhammad SAW ketika beliau mengharamkan
dirinya untuk menyentuh budak wanitanya bernama Mariyah atau ketika
beliau mengharamkan dirinya minum madu, karena memperhatikan perasaan
sebagian istrinya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan
ayat-Nya:
“Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa
yang Allah halalkan bagiku karena engkau ingin mencari keridhaan
istri-istrimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sungguh
Allah telah mewajibkan kalian untuk membebaskan diri dari sumpah
kalian….” (At-Tahrim: 1)
Ketika telah lewat waktu 29
malam, beliau pertama kali masuk menemui ‘Aisyah. “Wahai Rasulullah,
bukankah engkau telah bersumpah untuk tidak masuk menemui kami selama
sebulan, sementara waktu yang kuhitung baru berjalan 29 malam,” tanya
‘Aisyah mengingatkan beliau. “Bulan ini lamanya 29 malam,” jawab beliau.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat
“Jika
Nabi menceraikan kalian, mudah-mudahan Rabbnya akan menggantikan
untuknya istri-istri yang lebih baik daripada kalian… (At-Tahrim: 5)
Aisyah-lah
yang paling pertama dari istri beliau yang beliau tawarkan pilihan
(bercerai atau tetap bersama ) maka Aisyah memilih tetap bersama beliau.
Setelahnya beliau pun memberikan pilihan kepada istri-istri beliau yang
lain maka mereka semuanya mengucapkan seperti yang diucapkan Aisyah
(semuanya memilih tetap bersama Rasulullah SAW).” (HR. Al-Bukhari no.
4913, 5191 dan Muslim no. 1479)
Pertikaian pun pernah
terjadi dalam rumah tangga putri Rasulullah SAW, Fathimah Az-Zahra
Radhiallahu ‘anha, seorang yang dikabarkan sebagai tokoh wanita ahlul
jannah. Rumah tangga Fathimah dengan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu
‘anhu, Ali pernah marahan dengan istrinya dan setelahnya ia keluar dari
rumah menuju masjid dan tidur di sana.
“Di mana anak pamanku itu?” tanya beliau.
“Telah
terjadi sesuatu antara aku dengan dia, dia pun marah padaku lalu keluar
dari rumah. Dia tidak tidur siang di sisiku,” jawab Fathimah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepada seseorang: “Lihatlah (cari) di mana Ali.”
Orang yang disuruh itupun datang dan memberi kabar: “Wahai Rasulullah! Dia ada di masjid sedang tidur.”
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mendatangi Ali yang ketika itu sedang
berbaring seraya berkata: “Duduklah, wahai Abu Turab*. Duduklah wahai
Abu Turab!” (HR. Al-Bukhari no. 3703 dan Muslim no. 2409)
*abu turab adalah nama yang diberikan nabi pada Ali bin abi thalib
Demikian
perselisihan yang pernah terjadi dalam rumah tangga orang-orang yang
mulia, sengaja kami paparkan dengan tujuan agar mereka yang akan
membangun mahligai rumah tangga atau telah menjalaninya, menyadari bahwa
tidak ada rumah tangga yang lepas dari problema sehingga mereka
bersiap-siap dan tidak kaget ketika problem itu datang menghadang.
memang saya belum berumah tangga tapi sedikit saran dari saya adalah
agar tidak terlalu muluk-muluk dalam angan-angan mereka tentang
kehidupan berumah tangga, Rumah tangga tanpa masalah, tanpa problema,
tanpa ganjalan, tanpa pertikaian, selalu sejalan, seia sekata, sepakat
tanpa pernah ada perbedaan!!! sesuatu yang teramat langka untuk
didapatkan pada sebuah rumah tangga di dunia… Sesuatu yang bisa
dikatakan mustahil untuk sebuah akad yang dijalin dengan seorang anak
Adam yang senantiasa punya salah, sebagaimana kata Rasul yang mulia
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
“Setiap anak Adam itu
banyak bersalah. Dan sebaik-baik orang yang banyak bersalah adalah
orang-orang yang mau bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi no. 2616)
Masalah
mesti akan dijumpai antara suami istri dan itu pasti. Dan ketika
masalah itu bergulir di antara keduanya semestinya keduanya berusaha
mencari jalan penyelesaian, memperbaiki keadaan, dan menutup pintu
rapat-rapat (dari campur tangan orang yang tidak berkepentingan). Bila
seorang suami marah atau seorang istri sedang emosi, hendaklah keduanya
berlindung kepada Allah ’Azza wa Jalla dari gangguan setan yang
terkutuk, lalu bangkit berwudhu dan shalat dua rakaat atau seorang dari
keduanya menghadap pasangannya, memeluknya dan meminta maaf bila memang
ia bersalah melanggar hak pasangannya, dan yang dimintai maaf hendaklah
lapang dada dengan memberi maaf karena mengharapkan wajah Allah
Subhanahu wa Ta’ala.. (Fiqhut Ta’ammul Bainaz Zaujain, hal. 37)..( baca
juga artikel ane terkait obat marah disini )..
dan Tidak
sepantasnya ketika ada masalah dengan suami, seorang istri ngambek minta
pulang ke rumah orang tuanya. Atau yang lebih parah lagi si istri
minggat dari rumahnya, tanpa izin suami tentunya. Padahal di antara hak
suami yang harus ditunaikan istri, si istri tidak boleh keluar dari
rumah suaminya kecuali dengan izinnya..
saran
terakhir..sebisa mungkin jika terjadi ketegangan antara suami isteri,
jangan libatkan pihak ke-3..seperti orang tua dan teman..karena (
seperti yang sudah saya lihat sendiri realitasnya ) itu bisa menambah
keruh masalah. sehingga seyogyanya selesaikan masalah tersebuat berdua
dengan hati dan kepala dingin tanpa mengedepankan emosi. perceraian
adalah hal yang diperintah sekaligus dibenci oleh Allah SWT, sehingga
perceraian adalah merupakan jalan keluar satu-satunya jika segala jalan
lainnya sudah tidak mampu lagi digunakan…
والله اعلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Anda posting komentar