Kamis, 29 Desember 2011

Bagaimana membangun rumah tangga yang SAMARA



بسم الله الرحمن الرحيم


Alhamdulillah... Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT, Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya, kali ini saya Dewi Fatmawati Nim 11094830, kelas 11.5A.24 akan membahas bagaimana membangun Rumah Tangga yang SAMARA. Dan sebagai Contoh kali ini berkenaan dengan kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW.

dikatakan bahwa Rasulullah adalah  alquran berjalan, artinya apa yang terkandung dalam alqur’an telah dipraktekkan oleh rasulullah. beliau merupakan orang pilihan yang menjadi teladan bagi umat manusia dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari aspek yang berkaitan dengan hubungan kepada Allah ( ibadah ), politik, ekonomi, sosial kemasyarakatan bahkan sampai urusan berumah tangga. semua telah dicontohkan oleh baginda Rosulullah.

namun ada sesuatu yang menarik perhatian saya, apakah seorang Khalilullah seperti nabi perjalanan rumah tangga beliau dengan 9 orang isteri “lurus-lurus” saja tanpa ada prahara ???.. ternyata setelah membaca beberapa sumber saya temukan bahwa seorang yang sangat mulia ucapan dan tindakannya seperti nabi pun pernah terguncang rumah tangganya, bahkan rosul pun tidak menemui isteri beliau sampai 29 hari lamanya dikarenakan kejengkelan beliau pada istrinya..

“kalau rosul aja yang notabene seorang yang dijamin surga oleh Allah bisa terguncang rumah tangganya, apalagi kita sebagai ummatnya ya”..itu yang terbesit dipikiran saya sesaat mengetahui hal ini..namun hal apa sih yang menyebabkan Rasulullah sampai marah pada isteri-isteri beliau dan tidak mencampuri mereka selama 1 bulan??..

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memisahkan diri dari istri-istri beliau selama 29 malam dikarenakan rahasia beliau yang disebarkan oleh Hafshah  kepada  siti Aisyah dimana dengan rahasia itu allah mencela nabi SAW, beliau menyatakan: “Aku tidak akan masuk menemui mereka selama sebulan.” seperti yang disebutkan dalam alqur’an


“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istrinya suatu peristiwa. Maka ketika istrinya itu mengabarkan rahasia tersebut (kepada istri yang lain)….” (At-Tahrim: 3)

Mayoritas ahli tafsir berkata bahwa istri Nabi SAW yang dimaksud dalam ayat adalah Hafshah. Nabi SAW pernah menyampaikan satu rahasia kepadanya ( hafshah ) dan memintanya agar tidak memberitahukan kepada seorang pun. Ternyata Hafshah menceritakan rahasia tersebut kepada Aisyah Radhiallahu ‘anha. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 873) sehingga Beliau sangat marah terhadap mereka karena merekalah yang menyebabkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela beliau.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela Khalil-Nya yang mulia Muhammad SAW ketika beliau mengharamkan dirinya untuk menyentuh budak wanitanya bernama Mariyah atau ketika beliau mengharamkan dirinya minum madu, karena memperhatikan perasaan sebagian istrinya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat-Nya:

“Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang Allah halalkan bagiku karena engkau ingin mencari keridhaan istri-istrimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sungguh Allah telah mewajibkan kalian untuk membebaskan diri dari sumpah kalian….” (At-Tahrim: 1)

Ketika telah lewat waktu 29 malam, beliau pertama kali masuk menemui ‘Aisyah. “Wahai Rasulullah, bukankah engkau telah bersumpah untuk tidak masuk menemui kami selama sebulan, sementara waktu yang kuhitung baru berjalan 29 malam,” tanya ‘Aisyah mengingatkan beliau. “Bulan ini lamanya 29 malam,” jawab beliau.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat


“Jika Nabi menceraikan kalian, mudah-mudahan Rabbnya akan menggantikan untuknya istri-istri yang lebih baik daripada kalian… (At-Tahrim: 5)

Aisyah-lah yang paling pertama dari istri beliau yang beliau tawarkan pilihan (bercerai atau tetap bersama ) maka Aisyah memilih tetap bersama beliau. Setelahnya beliau pun memberikan pilihan kepada istri-istri beliau yang lain maka mereka semuanya mengucapkan seperti yang diucapkan Aisyah (semuanya memilih tetap bersama Rasulullah SAW).” (HR. Al-Bukhari no. 4913, 5191 dan Muslim no. 1479)

Pertikaian pun pernah terjadi dalam rumah tangga putri Rasulullah SAW, Fathimah Az-Zahra Radhiallahu ‘anha, seorang yang dikabarkan sebagai tokoh wanita ahlul jannah. Rumah tangga Fathimah dengan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu, Ali pernah marahan dengan istrinya dan setelahnya ia keluar dari rumah menuju masjid dan tidur di sana.

“Di mana anak pamanku itu?” tanya beliau.

“Telah terjadi sesuatu antara aku dengan dia, dia pun marah padaku lalu keluar dari rumah. Dia tidak tidur siang di sisiku,” jawab Fathimah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepada seseorang: “Lihatlah (cari) di mana Ali.”

Orang yang disuruh itupun datang dan memberi kabar: “Wahai Rasulullah! Dia ada di masjid sedang tidur.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mendatangi Ali yang ketika itu sedang berbaring  seraya berkata: “Duduklah, wahai Abu Turab*. Duduklah wahai Abu Turab!” (HR. Al-Bukhari no. 3703 dan Muslim no. 2409)

*abu turab adalah nama yang diberikan nabi pada Ali bin abi thalib

Demikian perselisihan yang pernah terjadi dalam rumah tangga orang-orang yang mulia, sengaja kami paparkan dengan tujuan agar mereka yang akan membangun mahligai rumah tangga atau telah menjalaninya, menyadari bahwa tidak ada rumah tangga yang lepas dari problema sehingga mereka bersiap-siap dan tidak kaget ketika problem itu datang menghadang. memang saya belum berumah tangga tapi sedikit saran dari saya adalah agar tidak terlalu muluk-muluk dalam angan-angan mereka tentang kehidupan berumah tangga, Rumah tangga tanpa masalah, tanpa problema, tanpa ganjalan, tanpa pertikaian, selalu sejalan, seia sekata, sepakat tanpa pernah ada perbedaan!!! sesuatu yang teramat langka untuk didapatkan pada sebuah rumah tangga di dunia… Sesuatu yang bisa dikatakan mustahil untuk sebuah akad yang dijalin dengan seorang anak Adam yang senantiasa punya salah, sebagaimana kata Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:

“Setiap anak Adam itu banyak bersalah. Dan sebaik-baik orang yang banyak bersalah adalah orang-orang yang mau bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi no. 2616)


Masalah mesti akan dijumpai antara suami istri dan itu pasti. Dan ketika masalah itu bergulir di antara keduanya semestinya keduanya berusaha mencari jalan penyelesaian, memperbaiki keadaan, dan menutup pintu rapat-rapat (dari campur tangan orang yang tidak berkepentingan). Bila seorang suami marah atau seorang istri sedang emosi, hendaklah keduanya berlindung kepada Allah ’Azza wa Jalla dari gangguan setan yang terkutuk, lalu bangkit berwudhu dan shalat dua rakaat atau seorang dari keduanya menghadap pasangannya, memeluknya dan meminta maaf bila memang ia bersalah melanggar hak pasangannya, dan yang dimintai maaf hendaklah lapang dada dengan memberi maaf karena mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.. (Fiqhut Ta’ammul Bainaz Zaujain, hal. 37)..( baca juga artikel ane terkait obat marah disini )..

dan Tidak sepantasnya ketika ada masalah dengan suami, seorang istri ngambek minta pulang ke rumah orang tuanya. Atau yang lebih parah lagi si istri minggat dari rumahnya, tanpa izin suami tentunya. Padahal di antara hak suami yang harus ditunaikan istri, si istri tidak boleh keluar dari rumah suaminya kecuali dengan izinnya..

saran terakhir..sebisa mungkin jika terjadi ketegangan antara suami isteri, jangan libatkan pihak ke-3..seperti orang tua dan teman..karena ( seperti yang sudah saya lihat sendiri realitasnya ) itu bisa menambah keruh masalah. sehingga seyogyanya selesaikan masalah tersebuat berdua dengan hati dan kepala dingin tanpa mengedepankan emosi. perceraian adalah hal yang diperintah sekaligus dibenci oleh Allah SWT, sehingga perceraian adalah merupakan jalan keluar satu-satunya jika segala jalan lainnya sudah tidak mampu lagi digunakan…

 والله اعلم






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Anda posting komentar