NAMA : DEA DELVIA NIM : 12110328 KELAS : 12. 2B. 24
JUDUL : NAMA : DEA DELVIA NIM : 12110328 KELAS : 12. 2B. 24
JUDUL : MEMBANGUN KESALEHAN SOSIAL
“Hai orang – orang
yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah
kebajikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan.” (QS. Al – Hajj : 77). Ayat
ini ditutup dengan perintah berbuat baik secara umum dalam hubungan horizontal dengan
manusia setelah perintah untuk membangun hubungan vertical dengan Allah SWT,
dengan shalat dan ibadah lainnya. Oleh sebab itu, perintah ibadah dimaksudkan
agar umat islam selalu terhubung dengan Allah SWT sehingga kehidupan berdiri
diatas pondasi yang kukuh dan jalur yang dapat membawa kepada-Nya. Sedangkan
perintah untuk melakukan kebaikan dapat membangkitkan kehidupan yang istiqamah
dan kehidupan masyarakat yang penuh dengan suasana kasih sayang. Secara
redaksional, ternyata Allah SWT mendahulukan kesalehan personal dari kesalehan
sosial. Ini berarti bahwa untuk membangun kesalehan sosial, harus dimulai
dengan kesalehan personal. Atau kesalehan personal akan memberikan kekuatan
untuk saleh juga secara sosial. Bahkan seluruh perintah beribadah kepada Allah
SWT dimaksudkan agar lahir darinya kesalehan sosial, seperti shalat misalnya,
bagaimana ia bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dalam tataran tafsir
Al – Qur’an dengan Al – Qur’an, terdapat beberapa hubungan dan kerelasi
(munasabah) yang sangat erat antara kesalehan personal dan sosial dengan nilai
– nilai mulia dari ajaran islam. Untuk menggapai predikat ihsan misalnya,
seseorang dituntut untuk mampu sholeh secara individu dan sosial yang diwakili
dengan shalat malam dan berinfaq, “Sesungguhnya
mereka sebelum itu didunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Didunia
mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohon ampunan diwaktu
pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
tidak mendapat bagian.” (QS. Adz – Dzariyat : 16 – 19). Ibnu Asyur
mengomentari ayat ini dengan menjelaskan bahwa dua bentuk amal inilah sangat
berat untuk dilakukan karena : Pertama, bangun malam merupakan sesuatu yang
sangat berat kerana mengganggu istirahat seseorang. Padahal amal itu merupakan
amal yang paling utama untuk membangunkan kesalehan personal seseorang. Kedua,
amal yang melibatkan harta terkadang sangat sukar untuk dipenuhi kerana manusia
pada dasarnya memiliki sifat kikir dengan sangat mencintai hartanya. Disinilah
Allah SWT menguji kesalehan sosial seseorang dengan memintanya untuk
mengeluarkan sebagian harta untuk mereka yang membutuhkan. Nilai yang terkait
dengan nilai kesalehan ini, adalah sebab utama yang paling menjerumuskan
seseorang ke dalam neraka karena tidak mampu membentengi diri dengan dua
kesalehan tersebut, seperti pernyataan jujur penghuni neraka yang diabadikan
Allah SWT dalam firman-Nya, “Apakah yang
memasukkan kamu kedalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, ‘ kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak pula member makan
orang miskin dan adlah kami membicarakan yang batil, bersama orang-orang yang
membicarakannya.” (QS. Al – Mudatsir : 42 – 45) Resep agar tidak bersifat
keluh kesah lagi kikir juga sangat terkait dengan kemampuan seseorang membangun
dalam dirinya dua kesalehan tersebut secara simultan. Allah SWT member jaminan,
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan
shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang dalam
hartanya tersedia bagia tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan orang yang
tidak memiliki apa – apa (yang tidak mau meminta).” (QS. Al – Ma’arij : 22 –
25). Berapa banyak dari umat ini yang hanya mementingkan saleh sosial tapi
lupa akan hubungan baik dengan Allah SWT. Sebaliknya, banyak juga yang saleh
secara personal namun ketika berhadapan dengan sosial, ia larut dan tidak mampu
membangun kesalehan ditengah – tengah mereka. Sungguh umat ini sangat
membutuhkan kehadiran komunitas yang saleh secara personal, dalam arti mampu
menjaga hubungan baik dengan Allah SWT. Saleh secara sosial dalam arti mampu
memelihara hubungan baik dan member kebaikan dan manfaat yang besar bagi
kemanusiaan.
“Hai orang – orang
yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah
kebajikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan.” (QS. Al – Hajj : 77). Ayat
ini ditutup dengan perintah berbuat baik secara umum dalam hubungan horizontal dengan
manusia setelah perintah untuk membangun hubungan vertical dengan Allah SWT,
dengan shalat dan ibadah lainnya. Oleh sebab itu, perintah ibadah dimaksudkan
agar umat islam selalu terhubung dengan Allah SWT sehingga kehidupan berdiri
diatas pondasi yang kukuh dan jalur yang dapat membawa kepada-Nya. Sedangkan
perintah untuk melakukan kebaikan dapat membangkitkan kehidupan yang istiqamah
dan kehidupan masyarakat yang penuh dengan suasana kasih sayang. Secara
redaksional, ternyata Allah SWT mendahulukan kesalehan personal dari kesalehan
sosial. Ini berarti bahwa untuk membangun kesalehan sosial, harus dimulai
dengan kesalehan personal. Atau kesalehan personal akan memberikan kekuatan
untuk saleh juga secara sosial. Bahkan seluruh perintah beribadah kepada Allah
SWT dimaksudkan agar lahir darinya kesalehan sosial, seperti shalat misalnya,
bagaimana ia bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dalam tataran tafsir
Al – Qur’an dengan Al – Qur’an, terdapat beberapa hubungan dan kerelasi
(munasabah) yang sangat erat antara kesalehan personal dan sosial dengan nilai
– nilai mulia dari ajaran islam. Untuk menggapai predikat ihsan misalnya,
seseorang dituntut untuk mampu sholeh secara individu dan sosial yang diwakili
dengan shalat malam dan berinfaq, “Sesungguhnya
mereka sebelum itu didunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Didunia
mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohon ampunan diwaktu
pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
tidak mendapat bagian.” (QS. Adz – Dzariyat : 16 – 19). Ibnu Asyur
mengomentari ayat ini dengan menjelaskan bahwa dua bentuk amal inilah sangat
berat untuk dilakukan karena : Pertama, bangun malam merupakan sesuatu yang
sangat berat kerana mengganggu istirahat seseorang. Padahal amal itu merupakan
amal yang paling utama untuk membangunkan kesalehan personal seseorang. Kedua,
amal yang melibatkan harta terkadang sangat sukar untuk dipenuhi kerana manusia
pada dasarnya memiliki sifat kikir dengan sangat mencintai hartanya. Disinilah
Allah SWT menguji kesalehan sosial seseorang dengan memintanya untuk
mengeluarkan sebagian harta untuk mereka yang membutuhkan. Nilai yang terkait
dengan nilai kesalehan ini, adalah sebab utama yang paling menjerumuskan
seseorang ke dalam neraka karena tidak mampu membentengi diri dengan dua
kesalehan tersebut, seperti pernyataan jujur penghuni neraka yang diabadikan
Allah SWT dalam firman-Nya, “Apakah yang
memasukkan kamu kedalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, ‘ kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak pula member makan
orang miskin dan adlah kami membicarakan yang batil, bersama orang-orang yang
membicarakannya.” (QS. Al – Mudatsir : 42 – 45) Resep agar tidak bersifat
keluh kesah lagi kikir juga sangat terkait dengan kemampuan seseorang membangun
dalam dirinya dua kesalehan tersebut secara simultan. Allah SWT member jaminan,
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan
shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang dalam
hartanya tersedia bagia tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan orang yang
tidak memiliki apa – apa (yang tidak mau meminta).” (QS. Al – Ma’arij : 22 –
25). Berapa banyak dari umat ini yang hanya mementingkan saleh sosial tapi
lupa akan hubungan baik dengan Allah SWT. Sebaliknya, banyak juga yang saleh
secara personal namun ketika berhadapan dengan sosial, ia larut dan tidak mampu
membangun kesalehan ditengah – tengah mereka. Sungguh umat ini sangat
membutuhkan kehadiran komunitas yang saleh secara personal, dalam arti mampu
menjaga hubungan baik dengan Allah SWT. Saleh secara sosial dalam arti mampu
memelihara hubungan baik dan member kebaikan dan manfaat yang besar bagi
kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Anda posting komentar