Kamis, 29 Desember 2011

==MEMAKNAI KESALEHAN SOSIAL==

Seorang telah dianggap berbuat saleh seakan-akan sama dengan berbuat kebaikan. Padahal, kesalehan itu sama sekali sangat jauh persamaannya dengan kebaikan! Kesalehan adalah perbuatan yang berdampak positif kesudahannya. Ada nilai-nilai kebajikan yang didapatkan sesudah mengamalkan suatu perbuatan yang wajib, sunah, boleh dan baik. Anda belum tentu saleh apabila telah berbuat baik menurut pandangan kebanyakan manusia. Misalnya, anda membantu seorang nenek menyeberangi jalan raya.

Perbuatan yang telah anda lakukan itu bukan amal saleh, melainkan amal kebaikan! Amal kebaikan ditekankan untuk tidak berlaku diam bila anda sanggup melakukannya tanpa menyoal apakah ada kebajikan sesudahnya. Dalam contoh di atas, anda sebatas membantu menyeberangkan seorang nenek agar terhindar dari kecelakaan. Sesudah nenek di seberang, anda tidak lagi memperhatikan bagaimana sikap, perbuatan, aktivitas dan sebagainya dari nenek tersebut. Tetapi, anda akan diberi pahala oleh Allah karena turut membantu nenek yang sudah pikun selamat dari bahaya lalu lintas di jalan raya.

Perbuatan anda akan menjadi saleh dari contoh tersebut bila anda memahami adakah nenek tersebut akan menjadi lebih sehat ketika sampai di rumah, bagaimanakah nenek tersebut bila tidak ada yang menjaganya, adakah setiap hari dia dapat memperoleh makan, lalu anda memberikan perhatian sepenuhnya untuk nenek tersebut sebagaimana yang anda perhatikan. Artinya, anda tidak sebatas menolong nenek menyeberangi jalan, tetapi memperhatikan lebih untuk membantu kesudahan nenek tersebut dalam menjalani kehidupan di lingkungan keluarganya!

Amal perbuatan anda dapat dikategorikan amal kesalehan yang bersifat sosial bila mengamalkan seperti contoh tersebut di atas. Jadi, kesalehan sosial bermakna sebagai perbuatan yang dapat mendatangkan kebajikan sesudah suatu perbuatan yang bersifat sosial itu dilaksanakan.

Banyak kalangan, baik dari pemerintah maupun masyarakat dan swasta, berbuat kebaikan tetapi tidak berdampak positif sesudahnya. Sepertinya telah menolong, tetapi menjadikan yang ditolongnya tak mampu untuk berubah secara positif (baik). Ambil contoh program pengentasan kemiskinan. Satu sisi, pemerintah merasa bertanggung jawab untuk mendistribusikan kesejahteraan rakyat, maka digulirkan program bantuan modal usaha untuk kelompok usaha menengah ke bawah! Syaratnya adalah yang menerima modal betul-betul wiraswasta! Modal pun disesuaikan dengan perkembangan usaha! Akan tetapi, program ini tidak difollow up (tindak lanjut) bagaimana manajemen wirausahanya, pemasarannya, kualitas produknya dan sebagainya. Anda pasti kebingungan sekiranya usaha anda tidak berkembang dapat perguliran bantuan modal tetapi tidak ada pembinaan dari pemerintah lebih lanjut. Anda hanya mengulang modal tanpa memiliki starategi usaha yang dapat berkembang! Walhasil, usaha kelompok menengah ke bawah mengalami stagnasi dan kebingungan!

Konsep keberpihakan kepada masyarakat sudah dilakukan, tetapi tidak berdampak positif kesudahannya; usaha yang dibantu dengan permodalan tidak mengalami kemajuan yang berarti! Pemerintah telah beramal baik secara sosial, tetapi tidak dapat disebut sebagai berbuat kesalehan sosial.

Dalam Islam, amal saleh itu merujuk kepada perintah dan larangan Allah! Contoh, perintah Allah SWT kepada kaum beriman untuk mengingat Allah sebanyak-banyaknya agar hatinya menjadi tenang! Maka, sekiranya seorang mukmin berdzikir lalu hatinya tidak tenang berarti dzikirnya belum berdampak positif kesudahannya! Dzikirnya dapat pahala bila dilakukan! Tetapi, hakikatnya belum tercapai, yaitu ketenangan jiwa (hati)!

Anda seharusnya menjadi semakin tenteram atau tenang bila berdzikir kepada Allah! Sekiranya terjadi sebaliknya, berarti ada yang salah dalam berdzikir! Patutkah seorang mukmin berdzikir tetapi akalnya masih mendominasi perbuatan jahat? Ketenteraman hati bagi seorang pelaku dzikir apabila hatinya lah yang berdzikir, bukan semata-mata lisannya! Dzikir yang menenangkan adalah dzikir yang berdampak langsung kepada hati! Maka, sekiranya lisannya berdzikir sementara hatinya tidak, yang terjadi tetap tidak mengukuhkan ketenteram hati! Dzikir jasmaniah (lisan) sangat jauh berbeda dengan dzikir ruhaniah (hati atau ruh).

Allah SWT Mendengarkan suara hati yang sedang berdzikir, sekali pun tidak ada orang lain yang mendengarkannya. Ada nilai yang paling utama dari dzikir di hati (dzikir khofi). Pendekatan kepada Allah Azza wa Jalla dengan penghampiran lahiriah cenderung diajak tidak sebagaimana hakikatnya! Setiap amal lahiriah berdampak lebih cenderung jasmaniah bila belum mengetahui hakikatnya! Sekiranya solat masih bersifat jasmaniah (adanya bacaan dan gerak), maka sulit menjangkau dampak ruhaniahnya! Akan tetapi, sekiranya solat dilakukan secara jasmaniah (adanya gerak dan bacaan solat) dan secara ruhaniah (berupaya memaknai setiap bacaan solat di dalam hati atau ruh), maka dampak solat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (hakikat solat). Ada dampak positif kesudahannya! Inilah amal soleh dari suatu perbuatan yang bersifat ruhaniah!
ARIFIN SALEH
12111749
12.2B.24 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Anda posting komentar